Java Script

Saturday, January 21, 2012

TUTUL UNDER COVER


Ini kisah yang tidak akan pernah di lupakan di oleh anggota regu Matahari. Kisah heroik pentolannya, yang selalu siap dalam keadaan apapun.
Sabtu subuh, 12 Mei 2007. Si bundo sudah siap nepok satu-satu pantat temannya buat bangun. Walaupun sudah di suruh bangun berkali-kali tetap saja ada yang susah di suruh bangun. Salah satunya, si Nuin. Harus di dudukkan, dan pastikan bahwa matanya benar-benar terbuka. Kalau sudah begitu,itu artinya dia sudah benar-benar sadar. Jika tidak, yang bangunkan pergi, dia juga ikut pergi ke alam mimpi lagi. Bundo melihat jadwal kegiatan untuk hari ini, “Hem....hari ini kegiatan kita lebih padat di bandingkan hari kemarin, teman-teman” tukasnya pada yang lain. “ Ada dua puluh delapan mata lomba.” Ujarnya kembali.
Setelah berbenah diri, sepuluh orang berkumpul di tenda makan sambil briving sebelum kegiatan. Start jam 07.45, sepuluh orang ini berhamburan ke tempat lomba masing-masing. Sampai jam 9, ada tiga kegiatan lomba, yaitu Mengenal perangkat komputer, wisata karya, dan musyawarah regu. Lanjut sampai jam 10 pagi, ada tiga kegiatan lain yang di hadapi. Ada yang ikut hasta karya, membuat obat tradisional, dan lomba masakan khas daerah. Nah di sini, salah satu dari regu membuat catatan sejarah. Imaniatul namanya. Tapi teman-teman lebih suka memanggilnya tutul. Dia yang paling menjulang. Kalau satu regu berbaris satu berbanjar, dia yang berada di baris kedua dapat terlihat wajahnya karena sang pemimpin regu (pinru), badannya agak bonsai.wkkkkk. Dari segi sifat, anaknya periang, paling bocor, dan yang paling khas adalah gayanya yang maskulin, rambutnya saja di potong cepak. Wajar kalau teman-teman menjulukinya “ laki-laki”.
Balik ke pengukiran sejarah. Sebuah kecelakaan terjadi padanya ketika lomba masakan khas daerah. Tutul dan dua orang temannya, memasak Asam Pedas, yang merupakan salah satu masakan khas daerah perwakilannya, Pontianak. Tutul dkk mencari tempat yang pas, lalu duduk dan siap memasak. Ketika tengah memasak, salah seorang kontingen Kepatang melemparkan senyum padanya. Tutulpun membalas senyuman itu. Beberapa lama ia senyum, sampai iapun tak sadar apa yang ia aduk. Kompor yang tidak sepadan dengan kuali membuat kuali asam pedas itu tumpah ke kakinya. OMG.....
Tutul begitu semangatnya, dan ia tidak hati-hati saat mengaduk kuali yang berisi Asam Pedas sehingga kuahnya tumpah membasahi roknya. Bisa anda bayangkan apa yang terjadi selanjutnya???
Singkat cerita, ia segera berlari menyelamatkan kaki kirinya yang tersiram tadi. Dalam keadaan seperti itu, tutul mampu berlari dari pos lomba menuju tenda regu. Jaraknya cukup jauh, kira-kira dua kali putaran lapangan bola. Sesampai di tenda, ia langsung membuka kotak P3K, dan mengambil obat luka bakar. Ia turunkan kaos kakinya dan mengoleskan obat itu ke paha dan lututnya yang seperti daging masak, berwarna kecoklatan dan melepuh.ihhh....seram.
Tak lama kemudian, pembina damping datang ke tenda. “Mana kembar?” tanyanya pada tutul. “Masih lomba Hasta Karya kak, kenapa? “ jawab tutul sambil mengobati kakinya. “Lomba Penyelengara dan Mengenal bendera sudah di mulai, mereka berduakan yang dapat job itu. Panitia sudah teriak-teriak panggil kontingen Pontianak.”
. Sejurus kemudian, si “laki-laki” berlari ke pos lomba hasta karya untuk mencari si kembar. Letaknya tidak jauh dari pos lomba masakan daerah tadi. Sudah kena asam pedas, harus pula menjelaskan hasta karya, karena si kembar harus mengkuti lomba yang lain. Ia jawab abal-bal di depan juri, ya... karena pada dasarnya tutul tidak paham akan apa yang di buat teman-temannya. Tapi itu luar biasa. Dalam keadaan seperti itu, tutul mampu menahan rasa sakitnya dan berkorban untuk regu. Setelah di obat, walau hanya dengan obat luka bakar ala kadarnya, kakinya mampu untuk tetap di bawa berjalan mengikuti lomba yang lain. Bravo tutul.

No comments:

Post a Comment