Java Script

Monday, September 10, 2018

KALAU SEKOLAH UNTUK .........

Awesome.
Manusia ini ajaib. Ketika orang bertanya kepadanya saat umurnya 8 tahun, "Kok jam segini main sih. Kamu tidak sekolah?"
Ia menatap dalam dan mengerutkan dahi tanda tak mengerti.
Entah berapa banyak yang bertanya  serupa sehingga ia pun sudah tak bisa mengingat hitungannya.
"Kenapa harus sekolah, kalau saya sudah bisa membaca dan berhitung?" 
Ia mengulangi jawabannya kepada orang-orang sambil menyeruput kopi hangatnya.

KALAU SEKOLAH UNTUK PINTAR MEMBACA DAN TAK DIBODOHI ORANG

Aku pun tersenyum kecil. Segengam kekaguman tumbuh melihat kegigihan dan prinsip hidupnya.
Awal perkenalan yang tidak terduga, keakraban kami mulai lekat. Dari matanya yang penuh harapan walau terkungkung dengan fisik yang terbatas, aku melihat sisi unik dunia. Manusia yang makan bangku sekolahan belasan tahun ini, hanya bisa duduk dan manggut-manggut mendengar ia menceritakan banyak hal. Materi pelajaran yang pernah aku baca disekolahpun bisa ia jelaskan dengan baik. Makin membuat otak sekolahku tak ada apa-apanya.

KALAU SEKOLAH UNTUK PEKERJAAN

"Kalian kuliah ini untuk apa?" Tanya bapak dengan kepala setengah putih itu di depan kelas
" Menjadi lebih baik pak." Tukas satu anak di barisan depan
"Agar dapat pekerjaan yang lebih baik? Tidak ada yang mau jawab seperti itu?" Goda bapak tadi kepada mahasiswanya
Semua terdiam dan menyimpul senyum tanda tak menyangkal. Ya, dosen itu mungkin benar. Karena sejatinya mungkin dorongan banyak orang untuk mengenyam lebih tinggi adalah karena orientasi pekerjaan. 
Namun sekali lagi manusia ajaib ini mengajarkanku hal yang berbeda.
Tangannya mahir memainkan gunting, mesin jahit, mesin obras, dan semua yang berbau jahit menjahit. 
"Ikut kursus ya?" tanyaku penasaran
Lalu gelak tawanya pecah. Aku pun tertawa menyeringai. Tanda tanya besar tampak di wajah ini.
"Sekolah saja aku tak mau. Apalagi ikut kursus, Eceu." Tukasnya.
" Ini hasil dari didikan Almarhum Aa'. Ia sama denganku. Bahkan aku bersyukur lebih baik darinya. Tapi ia tak penah mengeluh. Semenjak Abah tiada, Aa' harus jadi tulang punggung keluarga. Akupun iba dan mencoba membantunya. Namun ternyata, lebih banyak bantuan yang ia berikan padaku. Dia pergi begitu cepat, sehingga tak sempat menitipkan apa-apa padaku. Hanya ini, mesin-mesin ini yang membuat kenangan bersamanya tetap semerbak. Hingga aku tetap bersemangat meneruskan hidup." Ia terdiam sejenak bak menahan sesuatu yang hendak jatuh
"Lihatlah sendiri, setiap hari orang-orang mencariku. Bahkan tak jarang, banyak pesanan yang aku tolak, takut tidak tepat waktu" Lanjutnya menyeruput lagi kopi dalam gelas kaca itu.

JADI HAKIKAT SEKOLAH UNTUK APA?

Untuk apa? Jika saat ini aku melihat banyak hal yang tak terpikirkan bahkan aku yakin akupun tak mampu melakukannya, tapi ia bisa. Untuk apa?  Jika saraf-saraf dikepalanya terus bekerja dan tanganya terus berkarya, lalu apa lagi yang dicemaskan. Jika pundi-pundi uang terus mengalir, apalagi yang membuatnya harus sibuk memikirkan cemoohan orang. Untuk apa? Jika hatinya lebih terbuka dan jiwa sosialnya mengalir dalam tutur dan prilakunya. Untuk apa? 

Manusia ajaib ini masih menyisakan tanya besar yang tampak di wajahku.Terus menggunung setiap kali mengunjunginya dan menyeruput kopi bersama. 


Malangbong, 9 September 2018



SALAH


Dalam gumam hati teramat riuh
Bertanya, mengeluh, menyesal, berjanji
Lalu mengulang lagi silaf yang serupa
Mencoba terus berbincang
Walau sesekali resah bergema
 Mempertanyakan apakah Kau menatapku atau bahkan mendelikpun tak ingin
 Kala aku berpikir dalam kelapangan dan mencintai dengan menggebu-gebu
Tepat itu pula Kau lebih tertarik pada ketulusan yang lain
 Namun dimasa mendekap pilu di sudut diri
Tersimpul jawaban bahwa Kau tak ingin lagi perduli
 Nyatanya aku salah
Malah Kau menatap dengan pancaran hangat dan penuh harapan.

 1 untuk 50 With FA SVJ, 9 Agustus 2018