Java Script

Monday, April 30, 2012

BUKAN MENERTAWAKAN, TAPI TERTAWA BERSAMA

Suatu hari ketika saya dan teman-teman sedang diskusi, salah seorang diantara kami berdiri dan mengemukakan pendapat. Namun ditengah ia berbicara, semua tertawa terbahak-bahak. Pasalnya apa yang ia jelaskan bisa dibilang melenceng atau tidak nyambung dengan penjelasannya diawal pembicaraan. Kelas saya waktu itu benar-benar riuh. Sebagian dari teman sekelas menertawakannya. Bahkan ada teman disebelah tempat duduk saya yang sangat besar tertawanya. Ia tertawa terpingkal-pingkal tidak berhenti. Sayapun melihat dosen saya itu yang ikut tertawa, meski haya tertawa kecil. Lalu ditengah keriuhan itu, dosen itu memberikan isyarat untuk bicara. Lalu kami mencoba untuk “mengerem” tertawa kami. Ibu dosen itu lalu berbicara : “Oke, kalian mesti tau ya. Sekarang kita tertawa bersama si A, bukan menertawakan dia.” Setelah dosen itu berhenti menyelesaikan ucapannya, satu-satu dari kami mulai berhenti untuk tertawa dan mulai menguasai diri lagi. Si A yang menjadi central pembicaraan hanya tersipu malu. Dosen itu paham apa yang dirasakan mahasiswa. Maklum, dosen ini adalah psikolog. Dari pernyataan ibu tadi, kita bisa ambil pelajaran didalamnya. Saat kita menertawakan kesalahan orang lain, ingatlah bahwa kita bukan menertawakan kesalahannya. Bila hal itu sudah bisa kita pahami, maka kita dapat mengontrol tertawa kita. “Bagaimana jika kita di posisi orang yang ditertawakan ?” pasti sakit. Jadi wajar jika dosen saya tadi menasehati demikian. Semoga di kemudian hari tertawa kita bukan lagi untuk menjatuhkan, tapi untuk sama-sama belajar, belajar berani dan menghargai. Pontianak, 1 Mei 2012 MC