Java Script

Friday, March 15, 2019

KEMBARA

Pekat, dalam, dan membuncah
Menimang-nimang aksara 
Namun beku tak terwakilkan

Hendak kututup lagi mesin yang berdengung pelan ini
Tapi tak sudi bila padam memenangkan keadaan
Merayu gelora agar tetap syahdu merangkai kata
Namun sekali lagi kudapati kata-kata terkapar dihantam ambisi
Dengan neuron-neuron dikepalanya yang sebagian putus
Hingga membabi buta berpesta pora atas syahidnya tamu Allah

Hari ini adalah sejarah 
Hari raya kita yang disirami dengan wanginya darah para mujahid
Atas kebencian yang mengakar hingga ke tulang-tulang mereka
Lantas penjilat-penjilat tahta dari  kaum kita datang kepada mereka
Seraya meminta tulang santapan
Lalu ikut pula menembaki saudaranya di sini
Dan menjuluki yang tak bersalah dengan kata "Teroris."
Memberikan keluarga yang bersedih atas matinya keadilan dengan kebahagian semu
Menyuapi kertas-kertas neraka yang tak dapat mengembalikan nyawa yang meregang sia-sia.

Apakah nanti masamu nanti kau akan lihat yang lebih biadab dari ini, sayang?
Kuharap tidak.


Penembakan Muslim di Selandia Baru
Hari Jumat




Monday, October 8, 2018

Sebait Puisi Kepada MJ

Masih setia bersama detik arloji di tangan
Menyusuri aksara demi aksara untuk mencari
Dimana pujangga nan menggelitik hati itu kini rimbanya
Yang menertawakan sepatu-sepatu berbaris
"Kau pikir sepatu itu anak pramuka? Harus berbaris rapi?"
Sekelebat pergi
Bayangmu hilang dibalik tirai
Sumber gambar: google.com
Tapi tawamu masih menyelimuti aku dengan kebingungan
Lalu kau ceritakan kelakuanku pada mereka yang sibuk bermesra dengan kata
Di sudut tempat kita menyulam aksara jadi karya

Masih setia bersama detik arloji di tangan
Menyusuri karya demi karya untuk mencari
Dimana si hitam manis yang selalu mengikuti gaya bicaraku
"Shay... Shay... Icim.... Icim...."
Seringkali menggoda tapi murkanya jauh berbisa
Sesekali menghibur diri sendiri serupa dengan kekasih spiderman
Kala aku memanggilnya dengan nama yang tak biasa

Masih setia bersama detik arloji di tangan
Bertengadah suatu hari kita bisa bercengkrama
Dalam damainya senja yang hendak temaram
Di sebuh kedai kopi Gajah Mada
Atau setidaknya di sepanjang gertak-gertak Sungai Kapuas
Dimana kita pernah menggali
Banyaknya kenangan dan cerita yang mengalir indah menuju muara kehidupan

PVJ
8 Oktober 2018

Wednesday, September 12, 2018

Selamat Malam

Selamat melepas mimpi
Rindu kentut yang membutakan mengusik hawa malam ini
Memutar kenangan saat payung yang di sambangi hujan
Menjadi saksi bahwa kegilaan masa muda
Dua anak adam ini telah berlalu

PVJ
Mei 2018

HANYA

Ssttt...
Tak banyak hasrat hari ini
Hanya mendekapmu dalam gumam
Suara bising telah mengusik gendang telingaku 
Sepanjang menit merayapi hari
Sangat bising.

PVJ
Mei 2018

Monday, September 10, 2018

KALAU SEKOLAH UNTUK .........

Awesome.
Manusia ini ajaib. Ketika orang bertanya kepadanya saat umurnya 8 tahun, "Kok jam segini main sih. Kamu tidak sekolah?"
Ia menatap dalam dan mengerutkan dahi tanda tak mengerti.
Entah berapa banyak yang bertanya  serupa sehingga ia pun sudah tak bisa mengingat hitungannya.
"Kenapa harus sekolah, kalau saya sudah bisa membaca dan berhitung?" 
Ia mengulangi jawabannya kepada orang-orang sambil menyeruput kopi hangatnya.

KALAU SEKOLAH UNTUK PINTAR MEMBACA DAN TAK DIBODOHI ORANG

Aku pun tersenyum kecil. Segengam kekaguman tumbuh melihat kegigihan dan prinsip hidupnya.
Awal perkenalan yang tidak terduga, keakraban kami mulai lekat. Dari matanya yang penuh harapan walau terkungkung dengan fisik yang terbatas, aku melihat sisi unik dunia. Manusia yang makan bangku sekolahan belasan tahun ini, hanya bisa duduk dan manggut-manggut mendengar ia menceritakan banyak hal. Materi pelajaran yang pernah aku baca disekolahpun bisa ia jelaskan dengan baik. Makin membuat otak sekolahku tak ada apa-apanya.

KALAU SEKOLAH UNTUK PEKERJAAN

"Kalian kuliah ini untuk apa?" Tanya bapak dengan kepala setengah putih itu di depan kelas
" Menjadi lebih baik pak." Tukas satu anak di barisan depan
"Agar dapat pekerjaan yang lebih baik? Tidak ada yang mau jawab seperti itu?" Goda bapak tadi kepada mahasiswanya
Semua terdiam dan menyimpul senyum tanda tak menyangkal. Ya, dosen itu mungkin benar. Karena sejatinya mungkin dorongan banyak orang untuk mengenyam lebih tinggi adalah karena orientasi pekerjaan. 
Namun sekali lagi manusia ajaib ini mengajarkanku hal yang berbeda.
Tangannya mahir memainkan gunting, mesin jahit, mesin obras, dan semua yang berbau jahit menjahit. 
"Ikut kursus ya?" tanyaku penasaran
Lalu gelak tawanya pecah. Aku pun tertawa menyeringai. Tanda tanya besar tampak di wajah ini.
"Sekolah saja aku tak mau. Apalagi ikut kursus, Eceu." Tukasnya.
" Ini hasil dari didikan Almarhum Aa'. Ia sama denganku. Bahkan aku bersyukur lebih baik darinya. Tapi ia tak penah mengeluh. Semenjak Abah tiada, Aa' harus jadi tulang punggung keluarga. Akupun iba dan mencoba membantunya. Namun ternyata, lebih banyak bantuan yang ia berikan padaku. Dia pergi begitu cepat, sehingga tak sempat menitipkan apa-apa padaku. Hanya ini, mesin-mesin ini yang membuat kenangan bersamanya tetap semerbak. Hingga aku tetap bersemangat meneruskan hidup." Ia terdiam sejenak bak menahan sesuatu yang hendak jatuh
"Lihatlah sendiri, setiap hari orang-orang mencariku. Bahkan tak jarang, banyak pesanan yang aku tolak, takut tidak tepat waktu" Lanjutnya menyeruput lagi kopi dalam gelas kaca itu.

JADI HAKIKAT SEKOLAH UNTUK APA?

Untuk apa? Jika saat ini aku melihat banyak hal yang tak terpikirkan bahkan aku yakin akupun tak mampu melakukannya, tapi ia bisa. Untuk apa?  Jika saraf-saraf dikepalanya terus bekerja dan tanganya terus berkarya, lalu apa lagi yang dicemaskan. Jika pundi-pundi uang terus mengalir, apalagi yang membuatnya harus sibuk memikirkan cemoohan orang. Untuk apa? Jika hatinya lebih terbuka dan jiwa sosialnya mengalir dalam tutur dan prilakunya. Untuk apa? 

Manusia ajaib ini masih menyisakan tanya besar yang tampak di wajahku.Terus menggunung setiap kali mengunjunginya dan menyeruput kopi bersama. 


Malangbong, 9 September 2018



SALAH


Dalam gumam hati teramat riuh
Bertanya, mengeluh, menyesal, berjanji
Lalu mengulang lagi silaf yang serupa
Mencoba terus berbincang
Walau sesekali resah bergema
 Mempertanyakan apakah Kau menatapku atau bahkan mendelikpun tak ingin
 Kala aku berpikir dalam kelapangan dan mencintai dengan menggebu-gebu
Tepat itu pula Kau lebih tertarik pada ketulusan yang lain
 Namun dimasa mendekap pilu di sudut diri
Tersimpul jawaban bahwa Kau tak ingin lagi perduli
 Nyatanya aku salah
Malah Kau menatap dengan pancaran hangat dan penuh harapan.

 1 untuk 50 With FA SVJ, 9 Agustus 2018

Thursday, February 15, 2018

Cukup


Ketika aku mencari wajah kalian disaat gemuruh masih lekat di telinga, berita sekejap bak uap pemandian. Telah ku ajak hati untuk menyimpul prahara yang membasahkan luka. Pergilah! Biar aku sendiri yang merayu amarahku. SVJ 2018 #mahadayasenjapuisi

Tuesday, February 7, 2017

AKU BUTUH SENDIRI, MUNGKIN


Ini bukan aksi untuk mendapat perhatian.Entah sejak kapan kehilangan rasa percaya diri itu. Aku pun tak menyalahkan bila banyak yang berkomentar jelek bahkan ada yang mengutuk hal yang telah aku lakukan. Mereka punya hak untuk bicara apapun yang mereka mau, karena mereka tidak tahu apa yang terjadi. Seperti yang dikata aming kepada awak media ketika diterpa gosip tidak mengenakkan setelah ia melangsung pernikahan, "Kami hanya punya dua tangan dan itu tak mampu menutupi mulut orang-orang yang bicara di luaran sana. Dengan dua tangan itu kami hanya bisa menutup kedua ketelinga kami agar kami dapat menjalani hidup selanjutnya." Soo, mungkin itu pula yang dapat aku lakukan. Spekulasi bermunculan di langit-langit Borneo. Semua berita yang sampai membuatku seperti di lempar tinggi ke angkasa dan sesak saat menghantam bumi. Ya... hidup ini bukan kertas yang bisa di tulis cerita2 bak sinetron, karena sekali lagi aku tidak mengada-ada. Mata dan mulut ini lelah untuk tegak berdiri, melempar senyum2 palsu, di kelilingi dengan mimpi2 manis yang membuatku perlahan terkapar di sudut kehidupan. Terima kasih untuk orang2 yang selalu ada hingga saat ini, meski pun orang yang mereka kenal tetiba berubah menjadi manusia asing. Percayalah, aku baik2 saja. Mungkin aku butuh sendiri. Setidaknya untuk masalah hati aku melepaskannya agar mereka yang berprahara tak bertanya2 atas kepergian ini. Maaf bila aku tak pamit, hayati lelah, mungkin butuh istirohat. Semoga saat aku kembali, entah kapan saatnya, aku tak berubah, aku tak berbalik mengutuk keadaan, karena semua yang aku pilih bukan atas kebencian pada seseorang. Semoga. Salam rindu